Posted by : visual21 Kamis, 09 Oktober 2014

bagaimana kita meumbuhkan rasa ksatuan di PII?

——-Karna kita punya kesamaan tujuan dan cara pandang di PII seperti FG, KP, Tafsir Asasi dll. walaupun punya penafsiran yang brbeda-beda atas hal2 itu, namun dengan tujuan yang sama seharusnya itu sudah bisa mnumbuhkan rasa kesatuan di PII. selain itu, kita punya sejarah yg panjang di Indonesia. punya kebanggaan di Indonesia.

Kenapa harus PII?

——-memang, kendaraannya banyak. tapi PII itu ibarat Bus besar. walaupun berjalan tidak bisa luwes, sering ditikung bus mini atau bahkan motor. namun PII bisa menampung banyak macam orang. dari PII bisa jadi siapa saja. bisa ke NU, Muhammadiyyah atau ormas lain, bisa jadi berbagai macam profesi. kalau di politik bisa ke partai mana saja. cuman, kita musti bisa membuat PII seperti bus trans jakarta. awalnya sesak di jalanan bersama kendaraan lain. setelah itu mmebuka jalan sehingga bermanfaat bagi banyak orang. kalo bisa menjadi kereta api, yang jalan terus. namun tetap kita prlu buat rel-nya sendiri

Sejauh mana peran PII bagi masyarakat?

——-sejauh mimpi kita (para kader). kita bisa bermimpi apa saja untuk berperan bagi masyarakat. kalau kita sudah tidak punya mimpi, ya sudah selesai, PII tidak bisa berperan bagi masyarakat. ada kader yang punya mimpi internal solid, ada yang ekstrnal publish. eksternal pun ada yang brmimpi di masyarakat, ada yang di depan ormas lain. namun, jika semua di koordinir, kan jadinya semakin bermanfaat PII. rumit memang. Namun, semakin rumit dan kompleks-nya PII, kita (para kader PII) semakin dibingungkan. tapi, jangan takut. karna ibarat sepeda sama motor itu lebih kompleks motor, lebih rumit. namun lebih cepat sampai. motor sama mobil, lebih kompleks mobil. namun mobil bisa lebih banyak menampung penumpang. dan jika dibandingkan dengan pesawat, sangat jauh lebih kompleks pesawat. namun, bisa mengangkut penumpang yang lebih banyak, dan lebih cepat. itulah tantangan kader PII sekarang.

Bagaimana menumbuhkan tradisi keilmuan di PII?

——-sebenarnya, manusia punya tradisi. awalnya bercerita, lalu membaca, setelah itu menulis, baru mengamati (audio-visual). namun, skarang ini, terjadi lompatan tradisi. sejak kecil dibiasakan langsung menonton (sinetron, film dll). sehingga ada yang hilang. tradisi keilmuan bisa kita tumbuhkan dengan cara salah satunya arisan buku. ditugaskan membaca, terus berdiskusi. diskusinya harus tuntas tentang buku itu, biar benar2 membaca. dst.

Islam itu ibarat mentari yang bersinar, dan kita (kaum muslimin) itu sebgai cerminnya. kadang cermin bisa kotor, berdebu dsb hingga tak smpurna memancarkan sinar. namun, yang mentari itu tetap bersinar terus.

Dodeti, 7 okt 2014 / 12 Dzulhijjah 1435 H

Sumber : piijateng.com

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blog Archive

@Zie_Corporate. Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Zie's Journey -