Archive for April 2017
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 06 DARI 06
🌍 BimbinganIslam.com
Sabtu, 04 Rajab 1438 H / 01 April 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 6 dari 6)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-06
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc
-----------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 06 DARI 06
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh,
Yang perlu kita ketahui dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj, kapan terjadinya peristiwa Isra' dan Mi'raj ?
Kata Al Imam Ibnu Katsir dalam kitab beliau Al Bidayah wan Nihayah:
"Hadits yang menjelaskan bahwasanya peristiwa Isra' dan Mi'raj itu terjadi pada tanggal 27 Rajab, tidak shahih."
Tidak ada hadits/dalil yang shahih yang mencantumkan bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj tanggal 27 Rajab.
Bahkan ulama yang lain yang bernama Ibnu Dihyah, beliau mengatakan:
"Bahwasanya sebagian para pendongeng mengatakan bahwa peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi pada tanggal 27 Rajab, ulama hadits sepakat mengatakan, ini kedustaan."
Kenapa ?
Karena tidak ada bukti atau dalil yang shahih yang menjelaskan peristiwa Isra' dan Mi'raj terjadi pada tanggal 27 Rajab.
Ini peristiwa ghaib, harus ada dalilnya. Tidak boleh kita sembarangan mengatakan ini demikian ini demikian, kecuali dengan dalil yang shahih.
Kemudian, dikatakan dalam makalah yang ditulis oleh Syaikh Ibrahim Ar Ruhaili hafizhahullāh, dosen di Universitas Islam Madinah, beliau mengatakan:
"Di antara yang dilakukan oleh sebagaian manusia ketika peristiwa Isra' dan Mi'raj yaitu, melaksanakan shalat malam 27 Rajab tersebut dan berpuasa pada pagi harinya."
"Bahwasanya mereka membawakan riwayat dari Ibnu Abbas, namun riwayatnya dusta, tidak shahih."
Ulama yang lain, Al Hafizh Al Irāqi, beliau mengatakan:
"Hadits tentang shalat pada malam 27 Rajab itu hadits yang mungkar."
Artinya tidak boleh dijadikan sebagai hujjah.
Dan diantara ulama yang mengingkari hadits tersebut adalah Al Imam Al Hafizh Ibnu Hajar Atsqalani rahimahullāhu ta'ālā, beliau mengatakan:
"Dan para ulama telah mengingkari perayaan peristiwa Isra' dan Mi'raj, baik tanggal 27 ataupun selain tanggal 27."
Pertama secara penanggalan tidak ada dalil yang shahih, yang sharih, yang menjelaskan kapan terjadinya peristiwa Isra' dan Mi'raj. Banyak khilaf di antara para ulama, artinya tidak dapat ditetapkan kapan tanggalnya, kapan bulannya.
Kedua, apalagi dirayakan. Sudah tidak tepat tanggalnya kok dirayakan.
Sudah double kesalahannya, karena apa?
Tidak pernah dilaksanakan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan shahabat.
Padahal Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam sendiri yang mengalaminya, tetapi tidak pernah merayakannya.
Para shahabat yang paling antusias memperjuangkan agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla, juga tidak pernah merayakannya.
Para tabi'in dan tabiut tabi'in juga tidak pernah merayakannya.
Ini menunjukkan bahwasanya ini semuanya adalah ritual ibadah yang tidak ada dasarnya dari Al Qurān maupun sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Dan kata seorang ulama yang bernama Ayub Asy Syaikhtiyāni, seorang ulama salaf terdahulu mengatakan:
"Tidaklah orang yang berbuat bid'ah lebih semangat dalam kebid'ahannya, kecuali lebih menambah jauhnya dia dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
Jika kita mau mendekatkan diri kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yaitu dengan melaksanakan yang sunnah, yang ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Inilah diantara keajaiban manusia, keajaiban sebagian kaum muslimin.
Yang sudah ada dasarnya, sudah ada haditsnya yang shahih, tidak dilaksanakan atau malas-malasan melaksanakan.
Namun yang maudhu, yang dhaif, semangat hidup dan mati untuk memperjuangkan yang dhaif tersebut.
Yang sudah jelas dalilnya, misalnya shalat tahajud setiap malam, ini ada dalilnya yang shahih, begitu pula puasa Senin Kamis, setiap bulannya silahkan, namun banyak yang malas mengerjakannya.
Demikian pula diantara sunnah-sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang lainnya, tidak mau mengamalkan atau malas mengamalkan. Namun yang bid'ah, hidup mati atas bid'ah tersebut, naudzubillāhi min dzālik.
Maka sekali lagi, ini sebagai bahan koreksian bagi kita semuanya untuk kita istiqamah di atas sunnahnya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Kemudian, dikatakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullāh.
"Tidak diketahui dari seorangpun dari kaum muslimin yang menjadikan keutamaan perayaan bagi malam Isra' dan Mi'raj atas malam-malam yang lainnya."
Bahkan lebih parah ada yang menganggap malam Isra' dan Mi'raj lebih mulia daripada malam lailatul qadr.
Karena itulah bid'ah. Yang sudah ada dalilnya dikalahkan dengan yang tidak ada dasarnya yang shahih.
Tidak ada seorangpun dari sahabat, tabi'in yang pernah merayakan peristiwa Isra' dan Mi'raj.
Demikian pula Imam Asy Syafi'ī, tidak pernah ada riwayat dari beliau apakah beliau merayakan atau menganjurkan acara perayaaan peristiwa Isra' dan Mi'raj.
Tidak ada seorangpun sahabat tabi'in dan yang lainnya yang mengkhususkan malam Isra' dan Mi'raj dengan ibadah-ibadah dan ritual tertentu.
Oleh karena itu, tidak pernah dikenal kapan peristiwa malam Isra' dan Mi'raj. Meskipun peristiwa Isra' dan Mi'raj termasuk salah satu keutamaan Nabi kita Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Maka tidak boleh mensyariatkan ibadah-ibadah khusus di waktu-waktu tersebut.
Sebagai penutup sekali lagi saya sampaikan sekali lagi ucapan Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin rahimahullāhu ta'ālā, yang berkaitan dengan bulan Rajab ini, kata beliau:
"Aku akan sampaikan kepada kalian tentang kebenaran, bahwasanya bulan Rajab tidak ada shalat yang khusus, baik pada awal malam Jum'at atau selainnya. Demikian pula tidak ada puasa yang khusus tentangnya pada awal hari bulan Rajab atau puasa khusus di hari-hari di bulan Rajab."
Namun bulan Rajab secara ritual ibadah seperti bulan-bulan lainnya. Mau puasa Senin Kamis silahkan pada bulan Rajab, mau puasa tiga hari silahkan, seperti bulan-bulan lainnya. Tidak ada ibadah khusus di bulan Rajab, meskipun bulan Rajab termasuk bulan yang suci tadi.
Kemudian kata beliau:
"Apa yang telah shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dari amal-amal shalih itu cukup untuk kita amalkan daripada mengamalkan yang dhaif atau maudhu' makdubah ala Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."
"Sesungguhnya manusia, apabila dia beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, maka itu adalah syariat Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan dia telah beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla di atas al-Ilmu, dan dia berharap pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan takut adzab-Nya."
Hādzā, wallahu ta'alā a'lam, washalallāhu wassalam 'alā 'abdi wa Rasūlulihi Muhammad.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menghidupkan kita di atas sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan di atas pemahaman para sahabat dan mewafatkan kita di atas keduanya.
Wallahu ta'alā a'lam, ini yang bisa kita sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat, kurang lebihnya minta maaf.
Jazākumullāhu khairan katsiran atas perhatiannya.
أقول قولي هذا وآخر دعوانا عن الحمد لله رب العالمين
و اﻟسّلامــ عليكـمــ ورحمـۃ اﻟلّـہ وبركاتہ
_________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
---------------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 05 DARI 06
BimbinganIslam.com
Jum'at, 03 Rajab 1438 H / 31 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 5 dari 6)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-05
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc
-----------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 05 DARI 06
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh,
Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam memuliakan bulan Rajab ini, yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari, kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Ritual yang keempat yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:
(4) Menyebarkan doa atau doa-doa khusus.
Diantaranya menyebarkan doa:
"Allāhumma bāriklana fi Rajab wa fī Sya'ban wa ballighnā Ramadhan."
(Ya Allāh, berkahilah untuk kami bulan Rajab, bulan Sya'ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan)
Kata para ulama, doa ini tidak ada asal-usulnya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Haditsnya tidak shahih, tidak boleh dikhususkan di bulan-bulan seperti ini.
Maka kita beritahukan, bahwa tidak boleh mengkhususkan doa seperti itu.
Karena mengkhususkan ibadah pada waktu tertentu yang khusus membutuhkan dalil yang khusus yang shahih yang dijadikan pegangan, karena kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّا
"Barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka siapkanlah tempat tinggalnya di dalam neraka."
Syaikh Utsaimin rahimahullāh mengatakan yang berkaitan dengan doa tersebut:
"Hadits yang dhaif, mungkar, tidak shahih dari Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam. Oleh karena itu tidak layak bagi seorang muslim muslimah untuk berdoa dengan doa ini, karena itu tidak shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam."
Kata beliau:
"Aku katakan seperti ini, karena sebagian orang yang suka menasihati dan tazkiyatun nufus mambawakan hadits seperti ini, padahal haditsnya tidak shahih."
Ini adalah peringatan bagi kita supaya tidak mengkhususkan doa atau dzikir tertentu di waktu tertentu atau tempat tertentu, kecuali ada dalil yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Ritual yang kelima yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:
(5) Peringatan Isra' Dan Mi'raj.
Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh.
Wajib untuk kita yakini bahwasanya peristiwa Isra' dan Mi'raj adalah merupakan salah satu mukjizat terbesar Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam. Bahkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menurunkan ayat yang berbunyi:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ
"Maha suci Allāh yang memperjalankan hambanya (Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam) pada malam hari dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha yang kami berkahi sekitarnya."
(QS Al Isra': 1)
Peristiwa Isra' dan Mi'raj ini wajib kita yakini. Merupakan salah satu kejadian yang luar biasa dan kata para ulama banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari peristiwa tersebut.
Akan tetapi kebanyakan manusia lebih suka merayakan perayaannya karena ada makanan dan hiburannya daripada mengambil pelajaran atau makna yang terkandung di dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut.
Berapa banyak orang yang mengatakan bahwa dirinya panitia perayaan Isra' dan Mi'raj tetapi tidak pernah shalat lima waktu atau bolong-bolong atau tidak shalat di masjid untuk lima waktu tersebut.
Padahal inti dari Isra' dan Mi'raj adalah shalat lima waktu yang diwajibkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada Nabi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Bahkan lebih dari itu, mereka yang setiap tahunnya merayakan Isra' dan Mi'raj, mengeluarkan banyak biaya, waktu dan tenaga, mereka lupa bahwasanya ada aqidah yang mereka tidak memahaminya yang menyelisihi aqidah mereka.
Mereka tidak meyakini bahwasanya Allāh di atas langit, sedangkan mereka mengatakan Allāh ada di mana-mana, padahal kemana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dimi'rajkan di mana Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berdialog dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla?
Mereka tidak memikirkannya, tidak merenungkannya, tidak mempelajarinya, tidak mengambil manfa'at dari peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut.
Ini adalah musibah. Mereka yang paling getol merayakannya, namun lupa inti dari peristiwa Isra' dan Mi'raj tersebut.
Demikian pula aqidah yang bisa dipetik dari peristiwa Isra' dan Mi'raj yaitu sifat Al Kalam bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla memiliki sifat berbicara dengan siapa yang Dia kehendaki. Dengan suara yang didengar dan dengan huruf yang bisa ditulis.
Sekali lagi, bahwasanya peristiwa Isra' dan Mi'raj adalah peristiwa yang sangat besar yang wajib kita meyakininya.
Dan itu termasuk ujian bagi kita semuanya. Karena di dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj ada hal-hal yang luar biasa yang terkadang akal tidak bisa mencapainya.
Bahkan itu pula yang dikisahkan dalam sejarah, bagaimana orang musyrikin, mereka mendustakan kabar Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang peristiwa Isra' dan Mi'raj.
Abu Bakar Ash Shiddik orang yang pertama kali mengimani peristiwa tersebut, kata beliau:
"Jika yang mengatakannya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam maka aku mempercayainya, masuk akal ataupun tidak masuk akal."
Ini juga adalah pelajaran yang berharga, bahwasanya syariat Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kabar dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla terkadang menjadi ujian bagi akal kita. Orang yang beriman menundukkan akalnya kepada Iman kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Bagaimana dalam waktu yang sangat singkat dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha, dari masjidil Aqsha ke langit ke tujuh. Kemudian mendapati peristiwa-peristiwa yang luar biasa.
Itu semuanya menunjukkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla 'alā kulli syai-in qadīr. Dan bahwasanya akal manusia sangat sempit tidak bisa meliputi segalanya.
وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
"Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit."
(QS Al Isra': 85)
Maka dari situ pelajaran yang sangat berharga, jangan menuhankan akal. Akal kita terbatas, tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur.
Akal harus ditundukkan dengan An Naql (Qurān dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam).
_________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
---------------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 04 DARI 06
BimbinganIslam.com
Kamis, 02 Rajab 1438 H / 30 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 4 dari 6)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-04
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc
-----------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 04 DARI 06
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh,
Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam memuliakan bulan Rajab ini, yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari, kalau kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Ritual yang kedua yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:
(2) Puasa di bulan Rajab
"Barang siapa puasa sehari maka laksana puasa satu tahun, barang siapa puasa tujuh hari maka ditutup pintu-pintu neraka jahannam, barangsiapa puasa delapan hari maka dibuka pintu delapan surga, barangsiapa puasa sepuluh hari maka akan dikabulkan segala permintaannya, kemudian barangsiapa mengingatkan kepada orang lain tentang ini, seakan ibadah delapan puluh tahun."
Ini menurut para pelakunya.
Maka kita jawab dengan ucapan-ucapan para ulama, diantaranya:
Ibnu Hajar Atsqalani rahimahullāhu ta'āla, mengatakan secara umum tentang puasa di bulan Rajab:
"Tidak shahih satu hadits pun yang berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab ataupun keutamaan tentang puasa khusus Rajab ataupun hadits yang berkaitan dengan shalat malam khusus di bulan Rajab."
'Umar bin Khaththāb Radhiyallāhu 'anhu, dahulu memukul telapak tangannya manusia atau menempelkan tangannya manusia agar mau makan dibulan Rajab agar mereka tidak mengkhususkan bulan Rajab dengan puasa tertentu, seraya mengatakan:
"Jangan kalian menyamakannya dengan bulan Ramadhan".
Bahkan dalam riwayat lain dikatakan:
"Makanlah pada bulan Rajab itu, karena itu adalah bulan yang dahulu diagung-agungkan dikeramatkan oleh orang-orang musyrik jahiliyah."
Maka untuk menyelisihi mereka, tidak ada syariatnya untuk melaksanakan puasa khusus di bulan Rajab.
Jika mau puasa silahkan puasa seperti biasanya (biasa dilakukan pada bulan-bulan sebelumnya) sunnah Senin dan Kamis. Jangan mengkhususkan karena bulan Rajab.
Bukan berarti melarang ibadah di bulan Rajab. Silahkan ibadah, namun dengan ikhlash dan mengikuti sunnah, jangan dikaitkan dengan keutamaan khusus di bulan Rajab karena tidak ada dalil yang shahih tentangnya.
Ritual yang ketiga yang berkaitan dengan bulan Rajab yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin:
(3) Umrah atau ziarah kota Madinah yang dinamakan ziarah atau umrah ar rajabiah
Jika kita datang ke kota Madinah atau ke Mekkah pada bulan-bulan seperti ini mungkin lebih banyak daripada bulan-bulan lainnya. Karena sebagian kaum muslimin mengira bahwasanya umroh di bulan Rajab keutamaannya melebihi daripada umroh di bulan Ramadhan.
Padahal Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengutamakan umrah di bulan Ramadhan dibandingkan umrah di bulan lainnya, namun sebagian mereka tidak, justru lebih mengutamakan umrah bulan Rajab.
Kata para ulama tidak ada dasarnya sama sekali, bahkan kata 'Āisyah radhiyallāhu 'anhā:
"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tidak pernah umrah di bulan Rajab."
Ini bukan berarti kita tidak boleh umrah di bulan Rajab, silahkan namun jangan meyakini adanya kekhususan keutamaan tertentu umrah di bulan Rajab. Silahkan umrah kapan saja bulan apa saja, namun tidak boleh meyakini mengkhususkan umrah bulan Rajab.
Demikian pula ziarah kota Madinah, silahkan ziarah kapan saja bulan apa saja, namun tidak boleh meyakini mengkhususkan ziarah dibulan Rajab.
______
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 03 DARI 06
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 3 dari 6)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-03
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc
-----------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 03 DARI 06
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh,
Ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini ataupun salah dalam memuliakan bulan Rajab ini.
Yaitu dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang kalau kita pelajari, kita merujuk kepada kitab-kitab para ulama, kepada ucapan-ucapan para ulama ahlus sunnah waljama'ah, ucapan-ucapan ulama terdahulu, maka akan kita dapati itu adalah ibadah-ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Diantara ibadah tersebut, antara lain:
(1) Shalat Ar Raghaib
Shalat ar raghaib biasanya mereka (sebagian kaum muslimin) melakukan pada malam jum'at pertama di bulan Rajab.
Caranya yaitu shalat sebanyak duabelas raka'at, pada setiap raka'at membaca Al Fatihah satu kali, Al Qadr tiga kali, Al Ikhlash duabelas kali.
Setiap dua raka'at salam. Setelah salam membaca shalawat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam tujuhpuluh kali dan seterusnya.
Kemudian sujud diluar shalat, kemudian membaca apa lagi, kemudian sujud lagi, kemudian menurut mereka berdoa meminta apapun akan dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Makanya dikatakan shalat ar raghaib yaitu dari kata ar raghbah artinya semua permintaan akan dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sekali lagi:
عرفت الشر لا للشر
"Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melakukan kejelekan tersebut."
Ini hanya supaya kita tahu, bahwa ini adalah shalat yang tidak ada dalil yang shahih tentangnya.
Dalilnya ada, namun dhaif, bahkan dikatakan oleh para ulama bahwa haditsnya maudhu palsu.
Ada riwayat yang mengatakan:
"Tidaklah seseorang puasa hari Kamis pertama pada bulan Rajab, kemudian dia shalat antara maghrib dan shalat sebanyak 12 rakaat, membaca Al Fatihah satu kali, membaca Al Qadr tiga kali dan Al Ikhlash duabelas kali. Setiap dua rakaat salam."
"Setelah selesai shalat bershalawat kepada Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam sebanyak tujuhpuluh kali. Kemudian membaca Allāhumma shali 'alā Muhammad anNabiyyi ummi, kemudian sujud."
"Kemudian pada waktu sujud membaca shubbuhun quddusun rabbuhun malāikatu warrūh sebanyak tujuhpuluh kali."
"Kemudian mengangkat kepalanya dan membaca rabbighfir warham watajawwaz amma ta'lam innaka antal a'dham, sebanyak tujuhpuluh kali."
Sebagian ulama mengatakan ini adalah tatacara yang nyeleneh dan memang haditsnya tidak shahih. Ini adalah shalat raghaib, namun para ulama mengatakan dalilnya tidak shahih, haditsnya dhaif bahkan maudhu.
Kita akan sampaikan nanti ucapan-ucapan para ulama. Jadi jika orang berdalil seperti ini, sampaikan bahwa para ulama ahlus sunnah wal jama'ah, ulama hadits men-dhaifkan hadits, melemahkan, bahkan mengatakan bahwa hadits itu palsu.
Al Imam ibnul Jauzi dalam kitabnya almaudhuat, beliau mengatakan:
"Ini adalah hadits yang palsu".
Demikian pula Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh dalam kitab Al Manarul Munīf, beliau mengatakan:
"Demikian pula semua hadits-hadits tentang shalat raghaib semuanya dusta dan semuanya palsu yang disandarkan kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Para ulama telah mengingkari kebid'ahan ini. Dan para ulama telah menjelaskan tentang kebathilannya, dan bahwasanya itu adalah shalat yang bid'ah di dalam syari'at Allāh Subhānahu wa Ta'āla".
Bahkan Imam An Nawawi rahimahullāhu ta'āla yang bermadhhab Syafi'i yang banyak diambil oleh sebagian kaum muslimin di negara kita, beliau mengatakan ketika ditanya mengenai shalat raghaib tadi, beliau mengatakan:
"Ini adalah bid'ah yang jelek yang mungkar dan sangat mungkar dan mencakup banyak kemungkaran, maka wajib untuk meninggalkannya dan wajib berpaling darinya dan wajib untuk mengingkari orang yang melaksanakannya."
Imam Nawawi sendiri mengatakan, "Bid'atun qabi'ah," bukan bid'ah hasanah.
Karena para ulama ahlus sunnah waljama'ah mengatakan tidak ada istilah bid'ah hasanah dalam agama, karena Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
"Kullu bid'atin dhalalah wa kullu dhalaltin fin nār."
Setiap bid'ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.
Ada yang mengatakan, "Ada bi'ah hasanah, kata kullu itu tidak semuanya sesat," berarti kullu bid'atin dhalalah wa kullu dhallatin fin nār.
Jika kullu dikatakan tidak semuanya sesat, berarti tidak semua kesesatan tempatnya di neraka, naudzubillahi min dzālik. Ini pemahaman yang sangat jauh dari sabda Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Syaikh Utsaimin rahimahullāh mengatakan:
"Adapun shalat raghaib tidak ada asalnya dari Al Qurān atau hadits yang shahih atau perbuatan para sahabat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Seandainya itu baik, maka akan diriwayatkan para sahabat melaksanakannya".
Seandainya itu baik, para sahabat yang pertama kali mencontohkannya kepada kita. Kemudian kata beliau:
"Bahkan shalat raghaib adalah perbuatan baru dalam urusan agama, tidak disunnahkan baik secara jama'ah ataupun secara individu."
Kemudian kata beliau:
"Riwayat yang menyebutkan tentang shalat raghaib, itu adalah maudhu palsu sesuai dengan kesepakatan para ulama".
Demikina pula yang dikatakan Imam Al Irāqi, Imam Asy Syaukani dan banyak ulama hadits, sepakat mengatakan, ini adalah hadits yang palsu.
Ini yang pertama, bahwa shalat sunnah ar raghaib tidak ada dasarnya.
______
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 02 DARI 06
BimbinganIslam.com
Selasa, 29 Jumadal Akhir 1438 H / 28 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 2 dari 6)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-02
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc
-----------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 02 DARI 06
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh,
Yang pertama, wajib untuk kita yakini bersama bahwasanya, setiap waktu yang mulia, setiap tempat yang mulia, maka ibadah yang dilaksanakan pada waktu itu, di tempat itu, akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian pula sebaliknya, perbuatan dosa dan maksiat jika dilakukan pada bulan-bulan yang mulia, waktu-waktu yang mulia atau tempat-tempat yang mulia, maka juga dilipatgandakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Oleh karena itulah Allāh Subhānahu wa Ta'āla menekankan dalam ayat tadi surat At Taubah ayat 36:
فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ
"Maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian sendiri (pada waktu empat bulan haram tersebut)."
Bukan berarti selain itu kita dibolehkan untuk menzhalimi diri kita, namum itu penekanan bahwasanya haram kita untuk berbuat kezhaliman, baik kezhaliman yang berupa kesyirikan, kebid'ahan ataupun perbuatan kemaksiatan.
Semua perbuatan tersebut diharamkan pada setiap waktu dan tempat, namun ketika di waktu yang mulia, di tempat yang mulia lebih ditekankan untuk dilarang.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman tadi:
فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ
"Maka janganlah kalian menzhalimi diri kalian sendiri (pada waktu empat bulan haram tersebut)."
Al Iman Ath Thabari rahimahullāh ketika mentafsirkan ayat ini, meriwayatkan dari sahabat Abdullāh bin Abbas radhiyallāhu 'anhumā, beliau mengatakan:
لا تظلموا أنفسكم في كلهن، ثم اختص من ذلك أربعة أشهر، فجعلهن حرما، وعظم حرمتهن
"Jangan kalian menzhalimi diri kalian pada semua waktu, kemudian dikhususkan lagi, ditekankan lagi pada 4 bulan yang dimuliakan (yang disucikan) tersebut. Allāh pun menjadikan empat bulan tersebut sebagai bulan yang haram yang mana tidak diperbolehkan bagi manusia untuk menzhalimi diri mereka, terutama zhulmun yang terbesar yaitu syirik kepada Allāh."
Kemudian kata beliau:
وجعل الذنب فيهن أعظم والعمل الصالح والأجر أعظم
"Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan dosa pada waktua-waktu mulia tersebut lebih besar lagi. Demikian pula sebaliknya, pahala dan amal shalih juga Allāh lipatgandakan pahalanya."
Maka ketika kita memasuki bulan-bulan mulia seperti ini selayaknya kita meresapi bahwasanya kita sekarang sedang berada di bulan haram, bulan yang dimuliakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang disucikan.
Maka harus lebih berhati hati supaya tidak jatuh kepada kemaksiatan, karena akan dilipatgandakan dosanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Naudzubillāhi min dzālik.
Demikian pula, ketika kita mengetahui bahwa ini termasuk bulan-bulan yang mulia, maka kita lebih bersemangat lagi untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Namum seperti yang sudah kita ketahui bersama, bahwa ibadah tidak akan diterima kecuali dengan ikhlash dan ittiba sesuai dengan yang diajarkan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Maka tidak cukup kita hanya bermodal semangat ketika memasuki bulan yang suci/mulia ini, namun kita juga harus iringi dengan modal al Ilmu untuk kita jadikan sebagai landasan untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebagimana kata Al Imam Al Bukhari rahimahullāh ta'ālā:
العلم قبل القول والعمل
"Ilmi itu sebelum kita berucap dan beramal."
Sebelum kita melangkah terlebih jauh untuk menghadapi bulan Rajab ini, maka kewajiban kita belajar, apa yang dibolehkan, apa yang disyari'atkan, untuk kita mendekatkan diri kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka kata para ulama, semua yang diajarkan, yang disunahkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada bulan seperti ini, lebih layak bagi kita untuk bersemangat.
Ibadah apa saja selama ada tuntunannya ada dalilnya yang shahih dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam ataupun para sahabat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Ini secara global, apa yang bisa kita lakukan di bulan Rajab ini, yaitu semua ibadah yang disyariatkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Seperti shalat, misalnya shalat tahajud, shalat dhuha, atau yang lainnya dari hal-hal yang disunnahkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Demikian pula puasa. Silahkan puasa Senin Kamis, puasa Daud dan sebagainya dari puasa-puasa yang telah ada dalilnya yang shahih tentangnya. Ini lebih memacu kita untuk lebih mengamalkannya di bulan yang mulia ini.
Demikian pula bersedekah dan sebagainya.
Kemudian ma'āsiral muslimin, ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh.
Namun sangat disayangkan ada sebagian dari saudara-saudara kita yang salah memaknai bulan Rajab ini atau salah dalam memuliakan bulan Rajab ini.
Mereka tahu ini bulan yang mulia, namun mereka salah dalam memuliakan bulan ini. Antara lain dengan mengadakan beberapa ritual ibadah yang jika kita pelajari dan merujuk kepada kitab dan ucapan para ulama terhadulu, maka akan kita dapati bahwa hal tersebut adalah ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Ini yang akan kita sebutkan beberapa ritual yang tidak ada contohnya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan para sahabat yang masih banyak diamalkan oleh sebagian kaum muslimin di bulan ini. Maka sebelum kita terlambat melaksanakan perbuatan yang tidak ada dasarnya tersebut, maka wajib untuk kita mengetahui hal seperti ini.
Sebagaimana dahulu seorang sahabat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam yang bernama Hudzayfah Ibnu Yaman mengatakan:
كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُونَهُ عَنْ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مخافةَ أن يُدركَني
"Dahulu para shahābat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mereka bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang perkara-perkara kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam tentang keburukan karena aku takut terjerumus ke dalam kejelekan tersebut."
(Hadits riwayat Bukhari nomor 3606)
==> Bertanya tentang keburukan agar bisa menjauhkan diri dari hal jelek tersebut.
Dan itu pula yang dikatakan oleh seorang penyair:
عرفت الشر لا للشر لكن لتوقيه، ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
"Aku mengetahui kejelekan bukan untuk melakukan kejelekan, namun untuk menjauhkan diri dari kejelekan tersebut. Dan barangsiapa yang tidak tahu kejelekan dari kebaikan, maka dia akan jatuh ke dalam kejelekan."
Maka apa yang akan kita pelajari ini adalah ritual-ritual ibadah yang tidak ada sunnahnya alias bid'ah kita ketahui untuk kita jauhi dan untuk kita sampaikan kepada umat, bahwasanya perbuatan-perbuatan tersebut tidak ada tuntunannya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Apalagi pada hari-hari seperti ini, banyak menyebar di sosmed sebagian menyebarkan hari jaiz atau keutamaan-keutamaan motivasi-motivasi untuk beramal beberapa ritual ibadah yang sebetulnya jika diteliti tidak ada sunnahnya dari Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Bahkan beberapa SMS masuk pertanyaan berkaitan tentang ibadah di bulan Rajab. Ini setiap tahun demikian. Makanya kita sampaikan agar tidak bersusah payah anda SMS ke ustadz-ustadz, sudah ada jawabannya in syā Allāh ta'āla.
Diantaranya yang perlu kita sampaikan, ada SMS yang mengatakan:
"Bulan Rajab jatuh pada tanggal sekarang ini, barangsiapa puasa sehari laksana puasa setahun, barangsiapa puasa tujuh hari, maka ditutup pintu-pintu neraka jahannam, barangsiapa puasa delapan hari, maka dibuka delapan pintu surga, barangsiapa puasa sepuluh hari, akan dikabulkan segala permintaannya, (kemudian ditambah lagi) barangsiapa mengingatkan kepada orang lain tentang ini seakan ibadah delapan puluh tahun."
Ini seringkali muncul. Ini baru edisi perdana, hari ini awal bulan Rajab dan banyak lagi nanti ritual-ritual setelah ini.
Oleh karena itu, ini penting sekali untuk kita pelajari sebelum kita kebingungan, kok ada seperti ini, loh kok ada ibadah seperti ini, kok saya belum pernah tahu, padahal puluhan tahun saya ngaji, kok tidak pernah diajarkan.
Nah sekarang kita ajarkan, nama yang haq dan mana yang bathil.
_______
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
----------------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 01 DARI 06
BimbinganIslam.com
Senin, 28 Jumadal Akhir 1438 H / 27 Maret 2017 M
👤 Ustadz Abdurrahman Thayyib, Lc
📔 Materi Tematik | Amalan Di Bulan Rajab Dan Puasa Rajab (Bagian 1 dari 6)
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AT-AmalanRajab-01
🌐 Sumber: https://youtu.be/mQZIVI9H4Qc
-----------------------------------
AMALAN DI BULAN RAJAB BAGIAN 01 DARI 06
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إنَّ الـحَمْدَ لله نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ الله كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Ikhwānī fīllāh wa akhawātī, bapak-bapak, ibu-ibu, saudara-saudariku rahīmakumullāh.
Sebagian para ulama, berwasiat kepada kita terutama para penuntut ilmu agama agar senantiasa untuk muraja'atul 'ilmi (mengulang pelajaran), terutama di momen-momen tertentu atau musim-musim tertentu, waktu-waktu tertentu, meskipun itu berulang kali kita melewatinya.
Seperti ketika kita akan memasuki bulan Ramadhan, maka kewajiban kita untuk mempelajari, untuk menyiapkan diri, apa yang akan kita perbuat di bulan Ramadhan tersebut.
Demikian pula pada saat seperti sekarang ini, kita sudah memasuki awal bulan yang banyak disalah-fahami dan banyak disalah-maknakan oleh sebagian saudara-saudara kaum muslimin, yaitu menyikapi bulan Rajab [🗓maksudnya dalam beberapa hari ini akan kita masuki, 🖋].
Ini merupakan kewajiban kita untuk mempelajari apa yang ada di bulan Rajab ini ? Apa yang perlu kita perbuat di bulan Rajab ini ?
Ini hanya sekedar muraja'atul 'ilmi, mengulang pelajaran yang berkaitan dengan bulan Rajab, agar betul-betul ibadah kita 'alā basirah, di atas al'ilmu dan juga sebagai nasihat kepada saudara-saudara kita yang salah memahami makna bulan Rajab tersebut.
Ikhwānī fīllāh wa akhawāti rahīmani wa rahīmakumullāh,
Yang pertama perlu kita sampaikan, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah satu-satunya Dzat yang berhak untuk memulyakan sebagian makhluknya di atas sebagian yang lainnya.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan para Nabi dan para Rasūl di atas semua manusia yang ada. Demikian pula di antara para Rasūl tersebut Allāh memulyakan mereka di atas sebagian yang lainnya.
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ
"Itulah para Rasūl yang kami mulyakan sebagian mereka di atas sebagian yang lainnya."
(QS Al-Baqarah: 253)
Dan Nabi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam merupakan Nabi, Rasūl yang termulia di atas semua yang ada di atas muka bumi ini.
Demikian pula setelah para Nabi dan para Rasūl, Allāh memulyakan para sahabat. Para sahabat Allāh pilih menjadi manusia terbaik setelah para Nabi dan para Rasūl.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat), kemudian orang-orang setelah mereka (para tabi'in), kemudian tabiut tabi'in."
(Hadits riwayat Bukhari nomor 2652)
Ini adalah orang-orang yang Allāh mulyakan di atas semua yang ada.
Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga memulyakan sebagian tempat di atas sebagian tempat yang lainnya. Allāh memulyakan kota Mekah dan Madinah di atas semua kota yang ada di atas muka bumi.
Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga memulyakan 3 masjidnya, yaitu masjid Al-Harām, masjid An-Nabawī dan masjid Al-Aqshā yang tiga masjid itulah yang dibolehkan untuk orang wisata religius.
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِي هَذَا وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
"Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga masjid yaitu masjidku (masjid An-Nabawī), Al-Harām, dan masjid Al-Aqshā."
(Hadits riwayat Muslim nomor 1397)
Ini adalah tiga masjid yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla mulyakan di atas semua masjid-masjid yang ada.
Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan sebagian waktu di atas sebagian waktu yang lainnya. Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan bulan Ramadhan di atas semua bulan yang ada. Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan malam lailatul qadr di atas semua malam yang ada. Itu adalah hak Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian pula di antara yang Allāh mulyakan di atas bulan-bulan yang lainnya, yaitu bulan Rajab. Bulan Rajab termasuk bulan yang dimulyakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang mana Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyatakan bahwasanya bulan Rajab termasuk salah satu asyharul hurum, bulan-bulan yang haram yang disucikan yang dimulyakan.
Seperti yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla firmankan dalam surat at-Tawbah ayat 36:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
"Sesungguhnya bilangan bulan menurut ketetapan Allāh Subhānahu wa Ta'āla sejak Allāh Subhānahu wa Ta'āla menciptakan langit dan bumi itu ada 12 bulan, diantara 12 bulan tersebut ada empat bulan-bulan yang haram/suci, itulah ketetapan agama yang lurus."
Dijelaskan dalam hadits, bahwa 4 bulan tersebut adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharam dan yang keempat adalah bulan Rajab yang sekarang ini kita baru memasukinya [🗓maksudnya dalam beberapa hari ini akan kita masuki, 🖋].
Kemudian setelah kita tahu bahwa bulan Rajab ini adalah bulan yang Allāh dimulyakan, maka apa yang akan kita lakukan ? Bagaimana cara kita memulyakan bulan tersebut. Karena jika Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan sesuatu, maka kita juga wajib memulyakannya.
Sebagaimana ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan para sahabat, maka kewajiban kita juga untuk memulyakan para sahabat. Ketika Allāh Subhānahu wa Ta'āla memulyakan bulan Ramadhan, maka kewajiban kita adalah memulyakan bulan Ramadhan tersebut.
Sekarang pertanyaannya, bagaimana cara kita memulyakan bulan-bulan yang mulia tersebut ? Apakah dengan akal kita ? Apakah semau gue ? Apakah apa kata hawa nafsu kita ? Apakah sesuai dengan adat-istiadat ?
Atau bagaimana cara kita memulyakan bulan yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla katakan sebagai arba'atun hurum tersebut.
__________
◆ Mari bersama mengambil peran dalam dakwah...
Dengan menjadi Donatur Rutin Program Dakwah Cinta Sedekah
1. Pembangunan & Pengembangan Rumah Tahfizh
2. Support Radio Dakwah dan Artivisi
3. Membantu Pondok Pesantren Ahlu Sunnah Wal Jamaah di Indonesia
Silakan mendaftar di :
http://cintasedekah.org/ayo-donasi/
Hidup Berkah dengan Cinta Sedekah
🌎www.cintasedekah.org
👥 https://web.facebook.com/gerakancintasedekah/
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q