- Back to Home »
- Suka Duka Bahasa Ngapak, Dipandang Sebelah Mata
Bagi sebagian orang mendengar orang ngapak ngobrol merupakan hiburan tersendiri, tidak jarang mereka tertawa terpingkal-pingkal mendengarkan percakapan orang ngapak. Entah apa yang membuat bahasa ngapak terdengar lucu, bahkan tidak jarang bahasa ngapak menjadi bahasa lelucon, nyong, kepriben, aja kaya kue merupakan bahasa banyolan yang kadang menggantikan nama orang ngapak. Jadi orang ngapak lebih sering dipanggil nyong daripada nama aslinya.
Meskipun bahasa Ibu dari mereka sering dijadikan lelucon, namun hebatnya orang ngapak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang lumrah dan tidak dimasukan di dalam hati, sebab orang ngapak bukan tipe pendendam, dan bukan orang yang selalu serius.
Menggunakan bahasa ngapak bagi orang ngapak di
perantauan memiliki kisah suka duka tersendiri, stereotip sebagai bahasa
orang rendahan, penjual warteg sampai bahasanya para pembantu rumah
tangga melekat pada bahasa ngapak, hal itu bisa terlihat dari penggunaan bahasa ngapak pada beberapa film, kalo bukan menjadi seorang pembantu rumah tangga, mereka jadi figuran yang dijadikan bahan lelucon.
Namun siapa sangka bahasa ngapak dengan segala suka dukanya
memiliki nilai filosofis dan nilai historis yang lebih kaya dibandingkan
bahasa lainnya yang ada di tanah jawa. Untuk mengetahui fakta tentang
bahasa ngapak, inilah beberapa fakta terkait suka duka menggunakan bahasa ngapak.
1. Bahasa Rendahan
Seperti yang sempat kita singgung sebelumnya, jika bahasa ngapak melekat erat dengan stigma bahasa rendahan. ditertawakan, ditirukan, dan dijadikan banyolan merupakan makanan sehari-hari mereka yang menggunakan bahasa ngapak jika berada di luar daerah ngapak.Entah apa penyebabnya sehingga bahasa ngapak identik dengan bahasa orang jelata, padahal faktanya Bupati, Camat, Polisi, dan Dokter, di daerah Banyumas, Purwokwerto, Banjarnegara, Tegal, Brebes, dan sebagian Kebumen, dan Purworejo, menggunakan bahasa ngapak jika ngobrol sehari-hari diluar kantor, jadi mulai sekarang jangan berfikir lagi jika bahasa ngapak bahasanya kaum bawah.
2. Bahasa orang kampung yang gak gaul
Satu lagi cerita duka bagi orang ngapak, bahasa mereka identik dengan bahasa “ndeso” yang sama sekali gak gaul. Bayangin saja artis secantik Vicky shu dan kartika Putri, kecantikanya hilang sekejap mata ketika mereka menggunakan bahasa Ibu mereka. Namun meskipun bahasa ngapak dikenal dengan bahasanya orang kampung, orang ngapak masih setia dan bangga menggunakan bahasa nenek moyang mereka.3. Bahasa terlucu buat banyolan
Awal tahun 2000an tentu kita masih ingat dengan serial Tv Tuyul dan Mbak Yul. Acara tv yang menceritakan persahabatan tuyul dan manusia itu sempat booming di masanya. Namun yang paling diingat sekarang dari film itu bukan kisah persahabatan antara tuyul dan mbak yul nya, melainkan banyolan “nyong” dan “gagal maning, gagal maning son” yang merupakan bahasa ngapak. Sampai sekarang bahasa itu masih diingat para pecinta tuyul dan mbak Yul karena dinilai sebagai hal yang lucu.Namun diluar cerita duka bahasa ngapak yang dipandang sebelah mata, bahasa ngapak memiliki beberapa nilai lebih dibandingkan dengan bahasa lainnya. Bahkan maestro sastrawan kontemporer Indonesia, Ahmad Tohari merasa bangga sabagai orang ngapak, sehingga Ia merasa marah jika bahasa ngapak dijadikan bahasa lelucon. Saking cintanya Ahmad Tohari terhadap bahasa ngapak sampai konon dirinya sempat membuat terjemahan Al Qur’an dengan bahasa ngapak.
Berikut ini fakta lain tentang bahasa ngapak yang jarang orang ketahui.
1. Bahasa tertua di tanah jawa yang masih bertahan
Bahasa ngapak kaya akan nilai filosofis dan historisnya, Berdasarkan kajian bahasa yang dilakukan oleh E. M Uhlenbeck, 1964, dalam bukunya: “A Critical Survey of Studies on the Language of Java and Madura”, The Hague: Martinus Nijhoff. Bahasa ngapak merupakan bahasa tertua di tanah jawa. Hal ini tentu tidak terlepas dari asal usul bahasa ngapak.Hal itu diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Van Der Muelen, Ia mencatatkan jika pada abad 3 sebelum Masehi, terjadi migrasi besar-besaran dari daerah Kutai menuju pulau Jawa, mereka tersebar dari daerah Cirebon sampai ke Banyumas. kemudian mereka mendirikan Kerajaan Galuh Purba yang merupakan kerajaan pertama di tanah jawa.
Selain Kerajaan Galuh Purba, di setiap daerah juga terdapat kerajaan kecil yang merupakan masih wlayah kekuasaan kerajaan Galuh Purba. Seperti Kerajaan Galuh Rahyang di Brebes, Galuh Lalean di Cilacap, Galuh Kumara di Tegal, dan masih banyak kerajaan kecil di daerah ngapak.
Kerajaan-kerajaan itulah yang konon menggunakan bahasa ngapak, bahasa ngapak sendiri hasil keturunan dari bahasa sanksekerta, dalam bahasa ngapak akhiran “a” dibaca dengan “a” bukan “o”, ini sama dengan bahasa sanksekerta, seperti “Bhineka Tunggal Ika”.
2. Representasi budaya egaliter
Menurut sejarawan, bahasa jawa yang terdiri dari tiga tingkatan (Ngoko, Kromo, dan Kromo Inggil), hal itu disebabkan dipengaruhi kondisi politik Kerajaan Mataram saat itu, salah satu keputusan yang dibuat ialah mengganti akhiran “a” dengan bunyi “o”. Namun bahasa ngapak waktu itu sama sekali tidak terpengaruh dengan kondisi politik, sehingga sampai saat ini masih menggunakan akhiran “a”.Menurut Ahmad Tohari, Bahasa Banyumasan atau bahasa ngapak merupakan bahasa vertikal diantara bahasa Jawa Tengahan dan Kawi, sedangkan Bahasa Jawa Mataram (Yogyakarta-Solo) merupakan bahasa Horisontal, artinya perpaduan kedua bahasa tersebut.
Tidak terpengaruhnya bahasa ngapak dari kondisi dan situasi politik saat itu, karena orang ngapak teguh memegang budaya egaliter yang merakyat. Keegaliteran orang ngapak bisa dilihat dari karakter Blakasuta atau blak-blakan.
Bahasa ngapak menurut priyadi (2002) merupakan bahasa tanggung antara Sunda dan Jawa, hal ini yang membuat bahasa ngapak tidak mengenal strata sosial maupun suku manapun.
3. Bahasa persatuan setelah bahasa Indonesia
Ora Ngapak Ora Kepenak!!! Merupakan semboyan khas orang ngapak sebagai menjunjung tinggi bahasa ngapak. Meskipun perkembangan bahasa gaul sangat pesat, dengan masuknya budaya luar ke Indonesia, namun bahasa ngapak masih eksis bahkan siap mendunia. gak percaya? Ini faktanya, selain di Jawa, Bahasa ngapak juga digunakan sebagian penduduk Suriname, meskipun sudah terjadi sedikit perubahan logat. Selain itu bahasa yang paling banyak digunakan WNI di luar Negeri setelah bahasa Indonesia ialah bahasa ngapak.SUMUR